used

MALAM itu, badan saya terasa mau rontok. Capek sekali. Pokoknya, lemah, letih, lesu, dan loyo. Soalnya baru saja tiba di Singapura dari Batam.

Dalam benak saya, nanti kalau sampai di hotel saya akan tidur sepuasnya. Tiba-tiba, Tedi, pemandu wisata yang menemani menyampaikan,”Bang, sulit dapat hotel, malam ini. Malam Minggu, sih… Saya udah kontak kiri-kanan, tapi pada penuh. Toh, kalau ada paling-paling di Geylang.”

Tampak beberapa kawan pria saling berpandangan. Sementara yang perempuan pada nyengir. “Alaaaahhh…, yang penting bisa tidur, mau di mana kek, nggak ada masalah…”

Iya, saya jadi ingat. Beberapa kawan pria yang sering ke Singapura selalu bercerita tentang Geylang. Ini adalah kawasan pelacuran di Singapura. Gara gara ingat cerita itu malah saya tertarik untuk mengetahui Geylang lebih dalam.. he he heee….

Malam itu, di Lorong 13 Geylang. Tampak beberapa orang wanita bergerombol di pinggir jalan. Dandannya begitu mencolok diterpa cahaya lampu. Dari wajahnya, dapat diduga sepertinya mereka bukan berasal dari satu bangsa. Mereka merayu pria pejalan kaki yang lewat di depannya. “Mereka itu pelacur dari berbagai negara, Bang,” kata Tedi.

Pelacuran di Singapura ternyata lebih terbuka. Mereka tidak dilokalisasikan, tapi menjajakan dirinya di pinggiran jalan, dan bahkan di tengah kota. Tak jauh dari tempat segerombolan cewek tadi, juga ada beberapa cewek seksi berdiri di pinggir jalan. Mereka mengenakan pakaian tank top. Baju bagian depan terbuka dan sedikit nampak menyembul payudaranya. “Ya, mereka kadang tak sungkan-sungkan memperlihatkan pepaya bangkoknya,” jelas Tedi sambil tertawa.
Di antara mereka terlihat membedaki wajah, ngasi roll on ke tiaknya, dan ada juga yang nyisir rambut. Setelah berdandan mereka pun merumpi sambil menunggu lelaki hidung belang yang mau menggaetnya.

Di ujung Lorong 13, seorang cewek terlihat bersandar di dinding minimarket. Ia hanya diam dengan matanya memandang jalan. Cukup lama cewek itu bertahan. Matanya terkadang melirik pembeli di pintu masuk minimarket pas di samping kirinya. “Yang itu juga pelacur,” tukas Tedi menunjuk ke arah wanita yang bermata sipit.

geilang
Inilah salah satu lorong di Kawasan Geylang

Di Singapura, pelacur seperti di atas jumlahnya ribuan orang. Kupu-kupu malam di sana berasal dari Usbekistan, Filipina, Thailand, Indonesia, Vietnam, dan lokal. “Tapi kebanyakan Chinase seperti di lorong tadi,” kata Tedi.
Memang di sepanjang Lorong 13 tak kelihatan pekerja seks komersial selain Chinase. Pelacur-pelacurnya umumnya bermata sipit dan berkulit putih bersih. Mereka, warga lokal biasanya mangkal di pinggiran kiri-kanan badan jalan.
Kala malam deretan wanita berdiri di pinggiran jalan itu. Di tempat pelacuran yang sudah ada pada tahun 1819 itu tinggal milih, yang berparas cantik atau yang manis. Bila cocok bayaran langsung bisa tancap. “Di sini kalau malam ramai. Mereka akan melambai-lambai tangannya,’’ ujar Tedi.
Sebenarnya bukan hanya Lorong 13 saja, tempat mangkal cewek nakal. Lorong 10, dan 12 misalnya, adalah tempat pelacur-pelacur Indonesia yang berasal dari Kepri terutama Batam. Cuma mereka ada pada akhir pekan. Yaitu Jumat, Sabtu, dan Minggu. Sisa hari lainnya, mereka “melego jangkar” di Batam.
Mereka ini “go internasional” bukan karena sudah laris di pasar lokal. Melainkan terhimbas dari penutupan perjudian di Batam. Sejak penutupan kasino di Batam, kehidupan malam di Batam jadi mati. Warga Singapura yang biasa didampingi cewek saat mengadu nasib di ketangkasan tidak lagi ada. Akibatnya, tempat usaha keraokean, massage dan tempat hiburan lain banyak yang gulung tikar. “Makanya, pekerja seks komersial tadi banyak memilih berlabuh ke Singapura yang cukup ditempuh 45 menit saja.”

Tarif pelacur jalanan di negeri jajahan Raffles ini bervariasi. Mulai 30 hingga 80 dolar Singapura. “Untuk short time ya sekitar tiga puluh Sin dolar,” tegas seorang “makcomblang” yang mengaku bernama Jimmi (bukan si Jimmo, lho). Katanya, pelacur di sini ini sering disebut cewek aquarium. Karena kelas menengah, tarif kencan kilat cukup lumayan besar, sekitar Rp200-Rp300 ribu. Sedangkan long time sekitar Rp500-Rp800 ribuan. “Ini belum termasuk, biaya kamar hotel, Bang,” kata Jimmi. Saya bertemu dengan Jimmi pas yang malam bertemu di depan hotel Fragrance Hotel Sapphire, tempat saya menginap.
Udah, ya… selanjutnya rahasia, dong… Yang jelas, malam itu capek saya justru hilang. Malah sempat meraungi kawasan itu semalaman, he he hee…
Read More …

Solidaritas masyarakat pinggiran Surakarta (Sompis) mengusulkan dibukanya kembali lokalisasi bagi aktivitas para pekerja seks komersil (PSK).

Usulan tersebut menjadi salah satu hal yang mencuat saat Sompis beraudiensi dengan para wakil rakyat di ruang kepanitiaan DPRD Solo, Selasa (2/2).

Sompis menilai usulan tersebut sebagai upaya kontrol atas merebaknya virus HIV/AIDS di Kota Bengawan. Salah satu perwakilan Sompis, dari unsur perparkiran, Deni F, mengungkapkan, lokalisasi dapat mengontrol penyebaran penyakit HIV/AIDS. Bahkan, di beberapa negara, PSK sudah dianggap sebagai salah satu pekerjaan. “Kenapa Solo tidak (bisa)? Kami harap apa yang menjadi masukan PSK bisa direalisasi,” tandasnya.

Pernyataan Deni tersebut disampaikan menimpali lontaran pernyataan dari Insriyanti, perwakilan Sekar Asih, salah satu wadah yang membina aktivitas para PSK. Dalam kesempatan itu, Insriyanti menyampaikan keluh kesah para PSK termasuk mengenai lokalisasi.

Selain lokalisasi, Sompis juga menyampaikan keluh kesah dari masyarakat terpinggirkan lainnya seperti tukang becak, hingga para pedagang asongan.

Salah seorang perwakilan dari tukang becak, Samin, mengatakan dengan adanya city walk para tukang becak menjadi semakin kesulitan dalam mencari rezeki. Dia berharap identitas maupun surat-surat terkait keberadaan tukang becak tetap dipertahankan. “Supaya tidak digusur,” urainya.

Namun, dari semua keluh kesah yang disampaikan para anggota Sompis, usulan soal menghidupkan kembali lokalisasi mendapat sorotan menarik.
Read More …

Puluhan Pekerja Seks Komersial (PSK) di lokalisasi prostitusi Kilometer 10, Timika, Papua dinyatakan positif terinfeksi HIV.

Sesuai data yang diterima ANTARA dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Mimika,di Timika, Rabu, sekitar 10 persen dari PSK Kilo 10 yang berjumlah sekitar 294 orang sudah terinfeksi HIV.

“Sekitar 20-25 orang PSK Kilo 10 yang positif HIV sampai saat ini masih bekerja aktif. Hal ini dikhawatirkan akan menambah jumlah kasus HIV di Mimika,” kata Sekretaris KPA Mimika, Reynold Ubra.

Reynold menyarankan warga Timika agar ekstra waspada saat mengunjungi lokalisasi Kilo 10 dan jika “terpaksa” maka harus menggunakan alat pengaman alias kondom saat melakukan hubungan seks.

Sejak beberapa tahun lalu KPA Mimika bersama Department Public Health & Malaria Control (PHMC) PT Freeport Indonesia menyediakan kondom secara gratis di lokalisasi Kilo 10.

Bahkan KPA Mimika merekrut dua orang petugas yang selalu stand by setiap saat memonitoring penggunaan kondom pada para PSK.

“Bagi PSK yang terkena infeksi menular seksual (IMS) kita berikan saksi tegas dan harus istirahat sampai sembuh baru bisa membuka praktek lagi,” jelas Reynold.

Menurut Reynold, para PSK di Kilo 10 setiap dua kali seminggu mendapat layanan kesehatan oleh petugas kesehatan dari PHMC PT Freeport.

Namun tidak demikian halnya dengan para PSK liar yang berkedok sebagai tukang pijat, pelayan di bar dan lain-lain karena keberadaan mereka sulit dijangkau petugas.

Salah satu PSK Kilo 10 bernama Yanti saat ini terlibat aktif sebagai relawan HIV/AIDS sekaligus pendamping ODHA.

Yanti bahkan dikirim mengikuti pertemuan nasional pekerja seks seluruh Indonesia di Jakarta sejak 2-4 November dengan biaya seluruhnya ditanggung KPA Mimika.

Kerjasama LPMAK

Dalam upaya menekan laju kasus HIV/AIDS di Mimika, KPA setempat juga menjalin kerjasama dengan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) untuk penyuluhan masalah HIV/AIDS di empat area prioritas yaitu Kokonao, Ayuka, Banti dan Kwamki Lama.

Guna menunjang kegiatan operasional KPA Mimika, Pemkab setempat mengalokasikan anggaran Rp2,5 miliar dalam APBD 2009.

Dukungan dana untuk penanggulangan HIV/AIDS di Mimika juga berasal dari Global Fund dan Pemerintah Pusat melalui program “Save Papua”.

Hingga akhir Juni 2009, jumlah kasus HIV/AIDS di Mimika telah mencapai 2.005 kasus dan merupakan jumlah kasus yang tertinggi di Provinsi Papua bahkan di seluruh Indonesia.

Sejak Januari-Juni 2009, terjadi penambahan 111 kasus HIV baru dan 101 kasus AIDS baru dengan jumlah penderita yang meninggal mencapai lebih dari 30 orang dengan gejala AIDS.

Dari 111 kasus HIV baru tersebut, tiga diantaranya menimpa remaja yang baru duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Read More …

Pasar Kembang atau yang lebih dikenal dengan sarkem merupakan satu-satunya tempat pelacuran ‘terorganisir’ yang tersisa di Kota Yogyakarta. Pasar Kembang sebenarnya adalah nama jalan yang berada tepat di bagian selatan Stasiun Kereta Api Tugu Yogyakarta. Secara administratif wilayah ini merupakan bagian dari Kecamatan Gedong Tengen, tepatnya berada di RW Sosrowijayan Kulon. Tetapi kemudian masyarakat lebih mengenal dan menyebut RW Sosrowijayan Kulon ini dengan Sarkem yang merupakan singkatan dari Pasar Kembang, ada juga yang menyebut wilayah ini dengan Gang 3, karena wilayah sarkem adalah gang ketiga dari arah Timur Jalan Pasar kembang. Sebelumnya, daerah ini dikenal dengan Nama Balokan, karena pada saat pembangunan rel kereta api, daerah ini jadi tempat untuk menaruh semua matrial untuk pembangunan rel kereta dan Stasiun Tugu. Perubahan nama dari Balokan menjadi Sarkem, belum bisa dipastikan kapan.

Secara historis, Wilayah Sosrowijayan Kulon ini dikenal sebagai tempat praktek prostitusi kurang lebih sejak 125 tahun yang lalu, yaitu seiring dengan proses pembangunan jalan kereta api yang menghubungkan kota-kota di Jawa seperti Batavia, Bogor, Cianjur, Cilacap dan Surabaya pada tahun 1884. Seiring dengan meningkatnya aktivitas pembangunan rel kereta api, berkembang juga fasilitas seperti tempat penginapan dan mulai bermunculan perempuan-perempuan yang bekerja untuk melayani pekerja bangunan di setiap wilayah yang dilalui kereta api, termasuk Yogyakarta, kompleks prostitusi ini didirikan di daerah Pasar Kembang.

RW Sosrowijayan Kulon ini terdiri dari 4 RT yaitu RT 14, 15, 16 dan 17 dengan luas wilayah 112.500m2. Pada tahun 2003 dihuni oleh 63 KK, terdiri dari 223 jiwa laki-laki dan 216 perempuan. Jumlah ini di luar jumlah Pekerja Seks yang tinggal dan kerja di wilayah ini. Jumlah Pekerja Seks yang kerja di Sarkem pada tahun 2008 mencapai kurang lebih 300-400 jiwa, yang terbagi dalam dua kategori, Pekerja Seks yang bekerja dan tinggal di wilayah Sarkem dan Pekerja Seks yang tinggal di luar Sarkem tapi ‘mencari uang’ di Pasar Kembang. Dengan jumlah, jika siang hari kurang lebih tiga ratus orang dan sore hingga dini hari kurang lebih 400 orang Pekerja Seks (data statistic yang rinci dan pasti sulit untuk didapat karena mobilitas Pekerja Seks yang tergolong tinggi

Pada tahun 2007, sempat muncul gagasan dari Istijab, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI),


“Sarkem cukup prospektif dikembangkan menjadi kawasan wisata andalan di DIY termasuk kemungkinan sebagai kawasan wisata seks, kita gak usah munafiklah. Kalau ada “tamu” di hotel kita biasanya khan mereka mau diantar ke Sarkem. Di negara lain Malaysia dan Singapura misalnya, khan juga ada sentra wisata seks. Selain ada pendapatan untuk daerah khan penyebaran HIV/AIDS bisa dikurangi karena lebih terpusat di satu tempat saja”

(www.wawasandigital.com, 07 Desember 2007).

Usulan ini tentu saja langsung ditolak oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X dengan alasan bahwa DIY takkan menghalalkan segala cara untuk mendongkrak sektor andalan DIY. Dan cara untuk mendongkrak PAD (Pendapatan Asli Daerah) seperti dikatakan oleh Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Yogya, Hadi Mochtar bahwa pemerintah mendukung pengembangan Sarkem menjadi kawasan wisata andalan di pusat kota, tapi tidak sebagai wisata seks, yang akan dikembangkan adalah dari segi lainnya seperti kesenian tradisional dan pengembangan hotel serta restaurant setempat. Usulan menjadikan Sarkem sebagai kawasan wisata seks dianggap menyakitkan dan bertentangan dengan ruh Keistimewaan DIY. Masyarakat Yogya perlu menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etika, kesopanan, kesusilaan dan agama. Hal ini disampaikan oleh Ketua DPD Partai Golkar DIY dan Wakil Ketua DPRD DIY, Drs.Gandung Pardiman, MM.

“Kami berharap kepada Pemerintah Kota Yogyakarta, khususnya Walikota Yogyakarta untuk tidak sekali-sekali tergiur dengan objek wisata ‘lendir’ itu. Penataan dan pembinaan kawasan Sarkem silahkan saja dilakukan, namun jangan sampai justru menumbuhsuburkan praktek prostitusi. Penataan Yogya sebagai kota budaya dan tujuan wisata jangan sampai mengorbankan nilai-nilai moralitas. Maka ide menjadikan Sarkem sebagai kawasan budaya seks harus ditentang bersama”(Budenk’s Weblog.com, 1 Desember 2007)

.

Penolakan keras terhadap praktek prostitusi di DIY khususnya Pasar Kembang sudah dinyatakan secara terbuka oleh pemerintah DIY baik eksekutif maupun legislative, karena bertentangan dengan ruh keistimewaan DIY,

“Masyarakat DIY hendaknya senantiasa tidak melupakan ruh Keistimewaan DIY, dengan garis imaginer Kraton-Panggung Krapyak yang mempunyai makna Hablu Minannas yaitu simbol hubungan Kraton dengan rakyat, serta garis imaginer Kraton-Merapi sebagai Hablu minallah yaitu simbol hubungan Kraton dan Rakyat Yogya dengan Allah SWT. Semua itu tercermin dengan kedudukan Sri Sultan HB yang memiliki gelar Abdurahman Sayyidin Panotogomo Kalifatullah, dimana Sultan adalah sebagai pemimpin agama dan wakil Tuhan di muka bumi, sehingga Kraton menjadi pusat religius, pemerintahan dan budaya” (Budenk’s Weblog.com, 1 Desember 2007)



Tapi kemudian jika melihat letak wilayah Pasar Kembang yang sangat dekat dengan stasiun sebagai tempat lalu-lintas orang dari berbagai tempat untuk berbagai kepentingan di Yogyakarta, maka tidak heran jika terbangun relasi ekonomi yang kuat dan ini jelas berimbas pada kegiatan perekonomian warga sekitar Stasiun Kereta Api Tugu yaitu dengan menyediakan fasilitas seperti penginapan, warung makan, rumah makan. Warga yang tinggal di daerah ini kemudian mengandalkan sektor wisata domestik dan kegiatan prostitusi sebagai mata pencarian, misalnya dengan menyewakan kamar termasuk untuk short time selain itu juga menyediakan tempat tinggal untuk Pekerja Seks. Sementara RW Sosrowijayan Wetan, merupakan kampung yang pada tahun 1970an, mulai bermunculan hotel, losmen, warung dan fasilitas pariwisata lainnya, tapi sangat sedikit yang digunakan untuk aktititas prostitusi. Berikut ini mengenai peraturan larangan pelacuran di DIY, yang dapat menjadi salah satu bukti bahwa praktek prostitusi di Wilayah Pasar Kembang sudah berlangsung sejak lama.
Read More …

Beberapa waktu yang lalu muncul berbagai argumentasi terkait dengan tata kota dan tata kelola kota yogya dengan mengedepankan kekhasan tanpa meninggalkan fungsinya sebagai penyokong perekonomian Ibukota propinsi.

Ada wacana dari beberapa kalangan untuk menata kembali dan menjadikan kawasan Pasar Kembang (Sarkem) sebagai bagian dari paket wisata yogyakarta yakni sebagai bagian dari paket “wisata sex” untuk mendukung pencanangan kembali kota yogya sebagai daerah tujuan wisata.

Pasar kembang yang sejak dulu memang identik dengan komplek “wisata lendir” mau tidak mau memang sudah menjadi bagian dari perjalanan panjang kota yogyakarta hingga menjadi seperti sekarang ini. Keberadaannya tidak dapat dilepaskan begitu saja dari pola masyarakat jawa jaman dulu dimana berbagai hal yang bersinggungan dengan hasrat dan imani tidak dapat dipisahkan begitu saja. Cara pandanglah yang membuat segala sesuatu yang pada awalnya merupakan bagian dari heterogenitas menjadi sesuatu yang terpolar. Ya, yakni antara kekhasan budaya dan kultur dengan hakekat kemanusiaan raga yang tidak juga dapat dihapus dengan begitu saja meski mengatasnamakan moral dan religiusitas.

Lokalisasi yang keberadaannya tepat didaerah pusat kota dan lingkup pemerintahan hendaknya disikapi dengan rasio yang bukan hanya menilik dari keberadaannya sekarang, melainkan menarik mundur mengapa sejak awal komplek itu berada tepat didaerah pusat keramaian dan pusat pemerintahan!? Bukankah tidak mustahil kompleks semacam itu digusur keberadaannya dengan dalih mengganggu kepentingan umum dan tidak sesuai dengan norma yang ada. Mengapa kota yogya yang sarat dengan nuansa religius, kultural dan budaya “malah” memangku kompleks itu diantara deretan komplek strategis dan memiliki kedudukan yang penting dalam tata kelola pemerintahan!?

Entah siapa yang memiliki wewenang untuk menjawab secara tepat pertanyaan ini meski sampai detik ini masih banyak sekali perdebatan yang mempertanyakan dan mempermasalahkan keberadaan sarkem didaerah yang begitu strategis baik dalam peta pemerintahan maupun ekonomi.

Kita lihat saja, bagaimana nasib kompleks sarkem kedepan seiring dengan perubahan kota yogya yang semakin hari semakin sesak dijejali problematika sebuah kota besar. Semoga setiap permasalahan diselesaikan dengan arif dan bijaksana.
Read More …

Gang Dolly. Surabaya adalah salah satu kota terbesar di Indonesia, dan merupakan ibukota dari Propinsi Jawa Timur. Surabaya adalah salah satu kota Industri di Indonesia, kota favorite bagi orang-orang yang hendak mengadu nasib, mencari pekerjaan. Tidak ketinggalan, wanita-wanita cantik dari segala penjuru tanah air bahkan manca Negara juga berebut lahan pekerjaan di kota Surabaya.

Di antara keramaian dan kemacetan lalu lintas di kota Surabaya, salah satu lokasi mungkin lebih ramai dari itu semua, di satu tempat yang disebut Gang Dolly. Disanalah para wanita tersebut mengadu nasib. Dolly atau Gang Dolly adalah nama sebuah daerah lokalisasi pelacuran di Surabaya, yang terletak di daerah Jarak, Pasar Kembang, Kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.

Di kawasan lokalisasi Dolly, wanita pekerja seks "dipajang" di dalam ruangan berdinding kaca mirip etalase.

Konon kabarnya, Gang Dolly adalah lokalisasi terbesar di Asia Tenggara, bahkan lebih besar dari lokalisasi Patpong di Bangkok, Thailand dan lokalisasi Geylang di Singapura. Gang Dolly sempat menimbulkan kontroversi setelah muncul ide untuk memasukkan Gang Dolly sebagai salah satu daerah tujuan wisata baru di Surabaya, khususnya bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.

Secara statistic, Gang Dolly memiliki lebih dari 895 tempat-tempat prostitusi dengan lebih dari 8000 wanita cantik dan wanita seksi yang duduk di etalase, seperti di mal, siap menerima orderan.

Sejarah menulis bahwa Gang Dolly ini sudah ada sejak zaman Belanda. Lokalisasi ini dikelola oleh seorang wanita keturunan Belanda yang dikenal dengan panggilan Tante Dolly. Keturunan dari Tante Dolly tersebut sampai sekarang masih ada di Surabaya, meskipun sudah tidak lagi mengelola bisnis prostitusi tersebut.
Read More …

Diduga dijadikan tempat prostitusi, dua salon masing-masing salon RS dan salon EJ di kawasan jalan negara Medan, Rabu (7/10), digrebek Reskrim Poltabes Medan. Dalam penggerebekan tersebut, petugas mengamankan belasan wanita karyawan salon.

Kasat reskrim Poltabes Medan Komisaris Polisi (Kompol) Gidion Arif Setiyawan, membenarkan penggerebekan tersebut. Dijelaskannya, awal mula penggerebekan, saat petugas mendapat laporan dari masyarakat sekitarnya yang selama ini sudah resah bahwa kedua salon tersebut telah dijadikan tempat maksiat alias tempat prostitusi.

Berdasarkan pengaduan masyarakat tersebut, petugas langsung turun ke tempat kejadian perkara (TKP) untuk melakukan pemeriksaan. Setibanya di lokasi, petugas melakukan pengintaian.

Karena curiga melihat pintu salon tersebut yang selalu tertutup dan melihat pakaian karyawan wanita salon yang bisa dibilang terbuka, maka petugas langsung melakukan penggerebekan. Dalam penggerebekan, petugas tidak menemukan sepasang insan yang sedang berhubungan.

Petugas hanya mengamankan belasan wanita karyawan kedua salon tersebut dan memboyongnya ke komando untuk mendapatkan pemeriksaan atau dimintai keterangan. Sedangkan pemilik kedua salon, yang belum diketahui identitasnya, masih menjalani pemeriksaan intesif. (Sumber: WASPADA ONLINE)
Read More …


* Terdapat Lima blok yang dijadikan tempat prostitusi
* Jumlah bangunan seluruhnya mencapai 250 unit
* Sudah pernah ditertibkan tahun lalu, tapi muncul lagi
* Para PSK kebanyakan pendatang
* Berdiri di atas tanah adat, akan didirikan sekolah
* Lokasi di Jalan Narogong Raya, Cileungsi, Kabupaten Bogor
Read More …

Memang yang namanya bisnis seks nggak habis-habisnya. Buktinya jumlah kawasan lokalisasi di Kabupaten Bekasi cenderung meningkat. Tercatat, 16 lokalisasi baru secara ilegal muncul setelah pemerintah daerah itu menutup lokalisasi terbesar Malvinas, tahun 2004.

Bahkan Program Manager Mitra Sehati Bekasi Novan Andri mengatakan pertambahan lokalisasi terjadi hanya dalam kurun waktu enam bulan. Hal itu diikuti dengan peningkatan jumlah pekerja seks komersial (PSK). Saat ini terdapat sekitar 4 ribu PSK di wilayah itu.

Ke-16 lokalisasi baru itu tersebar di Kecamatan Cibitung, Cikarang Barat, Cikarang Utara, dan Cikarang Pusat. Di antaranya, eks lokalisasi Malvinas, lokalisasi Tanah Merah, Tegal Danas, Pasir Sedot, Pasir Kunci, Pasar Seng, Tenda Biru, Pulo Nyamuk, Kedaung.

Biasanya lokalisasi muncul diawali dengan membuka cafe minuman, lalu menyediakan jasa karaoke, kemudian menjadi cafe remang-remang yang menyediakan pelayanan eksta wanita penghibur.
Read More …

Sebenarnya sebelum tahun 2000, bisnis penyaji layanan esek-esek di Malang Raya di luar komplek (sebutan lokalisasi) sudah menjamur. Bahkan, usaha ini sudah dikelola secara profesional. Artinya, germo alias pemilik usaha ini tidak perlu menampung wanita piaraanya di markas mereka, orang awam menyebut bordil. Namun cukup memegang alamat dan telepon serta foto wanita penghiburnya.

Pihak tamu cukup pesan pada sang germo, dan kemudian kiriman pun diantar ke hotel yang dituju. Tarif layanan pun juga sudah berkelas halnya yang pernah ada di Jalan Jakarta, Jalan Trunojoyo, Tlogomas maupun di Jalan Arjuno, Batu. Sementara untuk tarif dibawahnya, bisa mendapat wanita-wanita yang biasa mangkal di Hotel Garuda maupun Hotel Jakarta. Pengelolahnya pun tak harus sembunyi-sembunyi, karena rumah bisnis tersebut begitu populer sampai-sampai oknum-onum polisi tak sungkan setiap harinya tongkrongan di tempat ini.

Pengelolaan bisnis tersebut, sekarang ini tak beda jauh dengan saat itu. Yang membedakan, sekarang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Kamis malam lalu sekitar pukul 20:30, Malang Post sengaja bertandang ke sebuah hotel kelas melati di kawasan Blimbing. Seorang petugas security setempat, mengungkapkan beberapa fakta tamu-tamu hotel yang membutuhkan layanan prostitusi.

Lokasi hotel tempat kerja satpam itu, lokasinya sedikit tersembunyi dari jalan raya. Walaupun begitu untuk mencari hotel ini tak begitu susah. Bangunan hotelnya cukup bagus, dilengkapi kantor security di pojok kanan berisi seroang satpam untuk setiap shiftnya.

” Di hotel ini kalau ada tamu butuh kodew (wanita), bisa langsung minta ke operator. Nanti mereka (operator) akan mencarikan kodew, dengan kondisi seperti pesanan. Di hotel ini memang melarang mereka (wanita penghibur) mangkal, karena takut digerebek sedang gencar-gencarnya,’’jelas satpam yang sudah bekerja di hotel itu sejak 1999 ini.

Setelah ada pesanan, operator akan segera mengirim wanita sesuai pesanan. Jika tidak sesuai dengan harapan, wanita boleh dikembalikan dengan kompensasi ongkos taksi sekitar Rp 50.000. Jika ada stok, pemesan bisa mendapatkan pengganti rentang 15 menit. Namun jika stock lagi kosong, tamu akan dibiarkan menganggur hingga ada stock berikutnya.

Karena itulah satpam berinisial H ini menyarankan, agar tidak nganggur tamu bisa dibawakan lebih dari satu wanita. Sehingga bisa memilih, dan wanaita yang tidak dikehendaki bisa keluar kamar dengan tetap membeli imbalan ongkos taksi.

Namun belakangan ini setelah gencarnya grebekan, praktek jasa esek-esek untuk tamu hotel mengalami perubahan jam layanan. ”Sekarang pesannnya harus di bawah jam 8 malam. Kalau terlalu malam, jelas rawan belum lagi wanitanya juga akan pulang kemalaman,’’beber H.

Ditengah percakapan, H lantas menunjuk seorang wanita cantik berusia sekitar 20 tahun, yang baru keluar dari kamar hotel kelas delux. Menurut H, cewek itu adalah free lance di hotelnya yang paling sering dipesan dengan tarif kencan Rp 500.000. Dengan mengendarai sepeda motor Mio putih, cewek itu mengenakan baju sopan walaupun tetap menunjukkan keseksian tubuhnya.’’Untuk yang cewek satu ini, saya nggak pegang nomor hp nya,” ujar H seolah menyesal.

Pasokan cewek di hotel tersebut, bertarif Rp 300.000 hingga Rp 500.000. Tergantung dari bagus tidaknya dari yang dipesan. Indikator itu bisa dari tubuh, wajah, ataupun layanan mereka. Untuk harga Rp 500.000 ke atas, H lantas menyebut beberapa hotel berkelas di Malang, sebagai tempat cewek seharga itu melayani tamu. ” Mau cari yang seharga itu, ya bisa cari di hotel-hotel tersebut tinggal pesan pada satpamnya,’’ungkap H.

Tarif yang dipatok, memang harga untuk short time dengan waktu antara 2 hingga 3 jam. Tapi jika pelanggan ingin lebih lama, harga bisa langsung dinego dengan cewek penghiburnya. Sementara untuk harga sewa kamar di hotel tempat H bekerja, tergolong murah. Untuk kamar biasa dengan fasilitas bath tub dipatok Rp 100.000 per enam jam. Sedangkan kamar deluxe, dengan fasilitas lebih langkap seharga Rp 120.000. Lokasi kamarnya dibangun dengan bentuk motel. Yaitu ada garasi dibawah, di atasnya baru kamar. Tujuannya, mobil tamu dan penumpang cewek bisa langsung ke garasi, dan tamu masuk kamar lewat jalan tembus di garasi.

Sejak sering ada razia, menurutnya, banyak PSK yang pilih jadi free lance. ‘’ Tapi ada kebaikan jika menggunakan Germo, karena pesanan yang diminta tamu kwalitasnya lebih terjamin,’’papar satpam yang punya tinggi badan 170 Cm ini. (*) (mp-1/malangpost)
Read More …

Berdasarkan cerita teman saya yang berasal dari Surabaya, Bandung, Solo, Jogya, dan Jakarta di mana kota-kota ini sangat terkenal dengan dunia esek-eseknya alias jajanan sex, kemudian dibandingkan dengan cerita beberapa teman di Kota Medan, menghasilkan kesimpulan bahwa Kota Medan sangat professional di dalam urusan sahwat jajanan sex ini. Ini juga berdasarkan beberapa kunjungan reportase saya di beberapa tempat rekreasi dan seputar kota medan.

Cerita ini sebenarnya berawal dari kantor saya yang berdekatan dengan kawasan ‘lampu merah’ jajanan sex di Jalan Iskandar Muda antara Mall Ramayana sampai Mall Medan Plaza. Bagi anda seorang wanita jangan coba mangkal, misalnya menunggu seseorang, di kawasan ini di malam hari karena bisa saja para lelaki hidung belang menganggap anda seorang pelacur yang menunggu tamu. Kawasan ini memang terkenal di Kota Medan para penjaja sex dengan cara freelance, maksudnya para wanita melakukan aksinya tanpa germo atau sejenisnya, mereka datang entah dari mana silih berganti, dan mereka juga umunya tidak saling mengenal, istilah saya begitu mudah, begitu praktis, begitu nyata, karena seorang wanita yang ingin melakukan transaksi sexual cukup modal keberanian saja mangkal di seputaran jalan ini, tidak perlu malu-malu, toh sudah banyak juga yang lagi mejeng di bawah terang benderang sinaran lampu jalanan dan front pertokoan.

Btw, sebelumnya perlu saya sampaikan, bahwa saya sangat tidak setuju menggunakan istilah PSK (pekerja sex komersial) bagi para perempuan penjaja sex ini, konotasi perempuan PSK bagi masyarakat selama ini, di mana di berbagai tulisan media juga menggunakan istilah PSK ini, seolah-olah kita atau masyarakat secara latah atau tidak sengaja menganggap ini sebagai profesi legal. Jika para pelacur ini kita sebut Perempuan Pekerja Sex Komersial, berarti isteri-isteri di rumah tangga atau isteri resmi karena pernikahan bisa berkonotasi mereka jjuga pekerja sex tapi non komersial, non komersial bisa karena hanya melayani suaminya saja atau juga plus melayani selingkuhannya. Jadi saya lebih sepakat memakai istilah ‘pelacur’, ‘penjaja sex’ atau prostitusi atau bisa lebih kasarnya ‘penjual daging mentah’.

Penghalusan penyebutan ‘pelacur’, penjaja sex, atau prostitusi menjadi atau di sebut PSK ini juga mengindikasikan bahwa masyarakat kita terutama pihak pemerintah selama ini sangat permissive dan apatis menanggapi persoalan amoralitas ini.

Hampir semua hotel di medan kecuali beberapa yang memberi perhatian khusus, terutama hotel melati,bintang 1 dan 2 tidak steril dari para penjaja sex ini, yang berbeda Cuma caranya saja ketika para duren bergincu ini datang mengunjungi tamu di hotel. Ada melalui penawaran dari bell boy hotel, ada juga di waktu telat malam wanita penjaja sex ini mengetuk pintu kamar hotel, sepertinya mereka tahu atau dapat informasi anda tamu hotel yang datang tanpa pasangan.

Jika anda seorang lelaki hidung belang yang doyan jajanan sex berkelas, anda mungkin malu dan risih hunting wanita penjaja sex freelance di jalan iskandar muda itu, maka alternatifnya anda bisa memilih di tempat-tempat diskotik dan karaoke. Nyaris semua di kedua tempat tersebut jika anda datang berkunjung tanpa pasangan wanita, maka serta merta seseorang akan datang menawari anda, “bang mau cewek gak ?”.

Wanita-wanita penjaja sex ini akan menemani anda selama menikmati diskotik dan karaoke selama 2 hingga 3 jam, kalau cocok harga bisa lanjut sk (sewa kamar). Malah beberapa tempat karaoke berfasilitas lengkap dan berkelas, eksekusi kepada teman wanita sewaan tersebut, sekali lagi kalau cocok harga, bisa dilakukan di dalam kamar tempat karaoke tersebut.

Kita bergeser ke tempat rekreasi di beberapa pinggiran kota medan, ditempat rekreasi ini menyediakan ‘rumkit’ alias ‘rumah kitik-kitik’, tempatnya bervariasi, ada yang seadanya kamar atau ruang yang terbuat dari beberapa spanduk bekas tetapi cukup aman dari jangkauan public ketika melakukan indohoy atau asik-masuk esek-gesek dengan pasangan anda. Ada juga dalam bentuk kamar permanen, rumkit ini tarifnya antara 5 ribu sampai 20ribu, karena tempat ini hanya buka di siang hari jadi para pengunjung harus datang dengan pasangan masing-masing.

Bergeser lagi sedikit ke luar Kota Medan menuju berastagi sebelum tempat lokasi jambore nasional, akan ditemukan tempat prostitusi paling terkenal dan kolosal, nyaris semua orang medan atau sumut mengenalnya yaitu kelurahan bandar baru yang masuk wilayah kabupaten karo kecamatan brastagi.

Ditempat ini baik siang dan malam anda tidak menemukan para wanita penjaja sex itu, Bandar baru ini lokasinya menyerupai puncak cisarua bogor termasuk cuacanya. Bandar baru ini terdapat beberapa villa terutama ratusan hotel-hotel melati. Tinggal pilih sesuai isi kocek masing-masing, penginapan mana yang dituju, setelah beberapa saat di dalam penginapan dan anda tamu tanpa pasangan wanita seseorang ‘anjelo’ (antar jemput lonte) akan datang menawari wanita penjaja sex. Negosiasi bisa dilakukan dengan para penjaja sex itu yang diantar oleh anjelo, jika tidak selera anjelo siap mendatangkan yang lain sesuai pesanan macam mana rupanya. Berapa tarif para wanita penjaja sex ini diluar tip buat anjelonya, hanya dikisaran 50ribu – 200ribu untuk sekali eksekusi coz coy.

Ini bukan rumor, isu dan gossip, untuk mengetahui informasi seperti yang saya tulis di atas, anda tidak perlu capai-capai datang ke lokasi, seorang tukang betor (becak motor atau becak mesin) yang sudah lama di kota medan mengetahui semua informasi di atas.

Maraknya prostitusi di kota medan ini berkorelasi positif atau pada fakta lain membuktikan yaitu tingginya pengidap penyakit dampak transaksi sexual virus HIV Aids di kota medan dan sumut. Dalam kurun waktu empat bulan dari April sampai Juli 2009, ditemukan sebanyak 291 kasus baru penderita Human Immunodefisiency Virus/Acquired Immuno Defesiency Syndrome (HIV/AIDS) di Kota Medan.

Kota Medan menjadi daerah terbanyak memiliki penderita HIV/AIDS di Sumatera Utara. Dari 1994 hingga 2009, tercatat 1810 penderita yang tertular melalui hubungan seks bebas dan pemakaian jarum suntik bergantian.

“Jumlah tersebut telah disurvei oleh tim dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut, sedangkan yang tersembunyi diperkirakan mencapai 11.000 orang,” kata kepala seksi Pencegahan Penyakit Menular Langsung Dinkes Sumut, Sukarni,

Dari temuan Dinkes Sumut tersebut, 820 orang pengidap HIV positif dan 990 orang terjangkit AIDS, jumlah ini tersebar di 21 kabupaten/kota dan kota Medan menduduki rangking teratas menyusul Deli Serdang. Jumlah penderita HIV/AIDS di kota Medan 1.242 kasus dengan perincian HIV 604 kasus dan AIDS 638 kasus, Deli Serdang 170 kasus (84 HIV dan 86 AIDS).

Disebutkan, mayoritas usia pengidap HIV/AIDS rentan pada usia 20-40 tahun sebanyak 1..005 dengan faktor risiko penularan didominasi hubungan seks yang beresiko dan pemakaian narkoba dari jenis suntikan. Jumlah ini sesuai data Dinkes Sumut hingga Agustus 2009 dan dari jumlah tersebut penderita mayoritas laki-laki sebanyak 1.446 orang, perempuan 346 orang.

Secara nasional pelanggan wanita pekerja seks (WPS) dinilai masih mendominasi golongan risiko terkena Human Immunodeficiency Virus/Aquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS). Diperkirakan jumlahnya 3,14 juta orang di Indonesia.

Demikian Kadis Kesehatan Sumut dr. Candra Syafei, SpOG melalui Manager Global Fund Dinas Kesehatan Sumut Andi Ilham Lubis kepada di ruang kerjanya, Rabu (26/8). Malah sebenarnya, kata Andi, tidak saja pelanggan WPS yang berisiko tapi juga pasangan pelanggan tersebut. Dampak yang ditimbulkan selanjutnya adalah sekitar 1,8 juta pasangan pelanggan WPS juga ikut tertular HIV/AIDS.

Tingginya angka estimasi ini didasarkan pada besarnya peningkatan kasus HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun. Terhitung sejak pertama kali ditemukan di Indonesia tahun 1987 hingga 2009, kasus HIV/AIDS telah mengalami peningkatan hingga 5.000 kali lipat. Sebagaimana dilaporkan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM&PL) Departemen Kesehatan RI per 31 Maret 2009, pada tahun 1987 ditemukan 5 kasus. Jumlah ini meningkat 5.000 kali lipat menjadi 23.632 kasus di tahun 2009. (sumber diolah copas dari pemberitaan analisa dan waspada online).

Nyata, seribu cara menikmati jajanan sex, begitu mudah begitu praktis, semudah laptop anda pun terserang virus mematikan jika bermain-main dengan transaksi jajanan sex.
Read More …

Lokalisasi yang terletak di Desa Pakis, Kecamatan Widang, Tuban menjadi sasaran razia yang dilakukan petugas Satpol PP Pemkab Tuban, Rabu (7/10) siang. 15 orang pekerja seks komersil (PSK) dan seorang lelaki hidung belang digelandang petugas lantaran tertangkap basah saat berbuat mesum di salah satu kamar lokalisasi yang berada di sepanjang Jl Pantura Tuban - Babat tersebut.

Dalam razia tersebut, sempat ada wanita yang mengunci diri di dalam kamar dan menolak membuka pintu kamarnya saat tahu ada petugas. Selang beberapa saat setelah pintu didobrak, wanita tuna susila tersebut langsung menangis histeris menolak dibawa oleh petugas. Selain itu, juga terjadi kejar-kejaran antara petugas dengan PSK yang berusaha kabur melalui pintu belakang rumah. Selain itu, juga ada PSK yang beralasan ke kamar mandi tapi berbelok ke belakang wisma untuk berusaha kabur. Untungnya, mereka semua berhasil diamankan petugas gabungan Satpol PP, TNI dan Polri ini.

Dari operasi ini, petugas berhasil mengamankan 15 orang PSK dan satu orang laki-laki hidung belang yang tertangkap basah saat sedang berasyik masyuk bersama PSK di salah satu kamar. “Ada 15 PSK yang kita amankan, untuk selanjutnya dilakukan pendataan dan diberi pembinaan,” kata Heri Muharwanto, Kasatpol PP Pemkab Tuban. “Selain itu, juga ada seorang lelaki yang terpaksa ikut kita amankan lantaran ketahuan sedang behubungan di dalam kamar dengan PSK,” tambahnya.
Read More …

Purwokerto bukan seperti kota besar seperti semarang, surabaya ataupun kota besar lainya, tapi purwokerto punya kesamaan dengan kota tersebut yaitu daerah PROSTITUSI yang terorganisir dan terpusat dan hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat purwokerto kalau di semarang ada Sarkem (pasar kembang) di surabaya ada Doly maka di purwokerto tak kalah saing ada GANG SADAR.

Letaknya yang berada di kawasan pariwisata Baturaden yang behawa dingin seperti puncak bandung membuat Gang Sadar cepat dikenal. yang pasti kalau kamu berkunjung ke gang sadar kamu akan di sajikan wanita-wanita seksi mengumbar syahwat.
Read More …

Jakarta adalah kota yang tidak pernah tidur dari setiap aktivitas manusia, hampir di setiap waktu kita dapat melihat orang melakukan aktivitasnya, tak peduli siang maupun malam. Semua itu dikarenakan berbagai jenis profesi ada dikota ini, dan berbanding lurus dengan jutaan orang yang datang ke jakarta untuk mengadu nasib, meskipun belum tentu mereka mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari apa yang mereka inginkan.

Kehidupan malam dikota jakarta sangatlah mencengangkan,, hampir disetiap bagian dari kota jakarta terdapat tempat prostiusi yang menjadi trade mark masing2 baik dari level atas maupun bawah, seperti yang mungkin kita sering dengar dimulai dari : jakarta utara ada rawa malang (cakung), Royal (rawa bebek), panti pijat, hotel & diskotik (kawasan kota, priuk, pangeran jayakarta & ancol)

jakarta pusat ada lebih banyak berhamburan panti pijat, hotel & diskotik serta kost2an yang juga menawarkan prostitusi (kawasan mangga besar, pasar baru, kemayoran, senen, pasar rumput & harmoni ) bahkan dipinggir jalan hayam wuruk.

jakarta barat juga punya trade mark prostitusi seperti diskotik, hotel & panti pijat ( medika, jelambar, pesing, kedoya) bahkan didaerah pinggir kali pesing dan yang tidak kalah terkenal adalah kalijodo.

jakarta timur juga banyak dari mulai sekitar hotel sentral pramuka, cipinang, jatinegara, prumpung... dan terakhir jakarta selatan yang banyak berhamburan club2 malam seperti didaerah kemang & prostitusi jalanan seperti di mahakan.
Read More …

Meskipun Pemerintah DKI Jakarta melarang tempat hiburan buka selama Ramadan, di sejumlah tempat di Tanah Abang, Jakarta Pusat, tempat hiburan tetap buka.

"Kami cuma tutup 10 hari pertama bulan puasa," kata Vinny, 18 tahun, pelayan sebuah warung minuman keras di kawasan Bongkaran Tanah Abang, atau sekitar 300 meter dari Stasiun Tanah Abang, Rabu lalu.

Di pinggir rel itu, sedikitnya ada 50 warung penjual minuman keras. Tiap warung dipenuhi perempuan sebagai pelayan dan teman minum bagi pengunjung yang seluruhnya laki-laki.

Menurut Vinny, pelayan yang menemani minum mendapat komisi dari banyaknya minuman yang dibeli tamunya. Tapi uang komisi itu kecil jika dibandingkan dengan menemani tamu kencan.

"Satu kali kencan Rp 75 ribu sampai Rp 100 ribu," katanya. Menurut dia, mereka biasa melakukan kencan di bilik tripleks berukuran 2,5 x 1,5 meter dan berlantai tanah yang tersedia di balik deretan gerbong kereta yang tidak terpakai.

Di dalam bilik itu hanya terdapat dipan beralaskan kasur tipis dan seprai putih dan seember air. Biaya sewa bilik itu Rp 10 ribu per jam. "Saya tahu sekarang bulan puasa, tapi saya kan butuh uang," kata wanita asal Subang yang mengaku tidak pernah sekolah itu.

Menurut Vinny, selama bulan puasa, tempat hiburan di Bongkaran buka dengan mengurangi jam buka. Jika pada hari biasa buka mulai pukul 20.00 sampai 03.00, selama bulan puasa buka mulai pukul 22.00 sampai 01.00.

Sony, 43 tahun, salah seorang pelanggan yang sering datang ke Bongkaran, mengatakan sebelumnya lokalisasi itu merupakan warung semipermanen. "Tapi, setelah dibongkar Tramtib (petugas Ketenteraman dan Ketertiban) satu bulan lalu, kini hanya pakai tenda," ujarnya.

Kepala Kepolisian Sektor Tanah Abang Komisaris Budiyanto menyatakan tempat hiburan malam itu ilegal. "Kami operasi hampir setiap malam," katanya. Namun, setiap kali operasi digelar, pemilik warung beserta anak buahnya selalu dapat meloloskan diri.

Hal itu dibenarkan Vinny. "Terakhir kami digerebek dua hari lalu," ujarnya. Saat itu, kata dia, aparat sudah berada di atas jembatan layang. Mereka melakukan razia pedagang dan wanita malam yang biasa mangkal di sana. "Melihat itu, kami langsung bubar," kata Vinny.

Kawasan bongkaran diapit oleh dua tembok beton di sisi kanan dan kirinya. Pintu masuknya ada dua, yaitu melalui tangga kayu curam dari jembatan layang dan jalan tanah melalui bantaran Kali Banjir Kanal Barat.

Di seberang Bongkaran ada kawasan yang disebut Kayumati, tepatnya di sisi barat Jalan Jati Bunder, Kelurahan Kebon Kacang, seberang Pasar Tanah Abang. Di tempat itu juga ada puluhan warung remang-remang yang menyediakan puluhan pekerja seks komersial.

Menurut Sony, selama bulan puasa, dua tempat hiburan itu masih buka. Sehingga tak sulit bagi pria hidung belang yang ingin mencari pekerja seks komersial. "Saya sering datang ke sini," ujarnya.
Read More …

SIAPA pekerja seks paling laris di Makassar? Apakah yang paling cantik ataukah yang paling seksi? Suatu hari, saat terlibat dalam riset yang dilaksanakan Universitas Hasanuddin dan Unicef, saya pernah menanyakan itu pada beberapa pria hidung belang yang suka mangkal di Jalan Nusantara, kawasan prostitusi terbesar di Makassar.

Mulanya saya menganggap bahwa yang paling cantik adalah yang paling laris. Mulanya saya menganggap yang paling seksi adalah yang paling dicari. Tapi setelah mewawancarai sejumlah pria-pria tersebut, ternyata yang paling laris bukan yang paling manis, bukan pula yang paling seksi. Yang paling laris justru pekerja seks yang penampilannya biasa saja. Malah, penampilannya tidak istimewa. Beberapa di antaranya, tidak masuk kategori cantik.

Tak percaya? Saya pun demikian awalnya. "Rata-rata semua pria yang ke Jalan Nusantara tidak mau memilih yang paling cantik. Mereka pikir, pasti yang cantik banyak tamu tiap malam. Mereka lebih suka yang biasa-biasa saja, sebab yakin bahwa tamunya tidak banyak," kata seorang teman yang tiga kali seminggu ke tempat tersebut. Masalahnya, masih kata teman, dikarenakan semua pria berpikiran sama, maka pekerja seks yang cantik-cantik justru kekurangan tamu. Sementara yang biasa-biasa saja, justru laris bak kacang goreng.

Ini agak menggelikan. Tapi ini fakta. Saya sendiri tidak terlalu percaya keterangan teman tersebut. Saya lalu melakukan triangulasi, yang dalam dunia penelitian adalah upaya untuk melakukan cek and ricek pada beberapa orang demi mendapatkan data yang lebih valid. Rata-rata para pria mengiyakan keterangan tersebut. Sehingga saya berkesimpulan bahwa di dunia malam seperti ini, nilai-nilai seperti kecantikan justru tidak menjadi satu-satunya variabel dalam menjatuhkan pilihan. Semua orang punya kriteria sendiri-sendiri yang dipengaruhi oleh preferensi kultural masing-masing. Bagaimanapun, istilah cantik bisa diinterpretasikan secara berbeda-beda bergantung pada faktor kebudayaan. Tidak ada definisi tunggal tentang cantik.

Kalaupun ada definisi yang sama tentang cantik, maka itu tetap saja tidak menjadi satu-satunya nilai yang mempengaruhi tindakan. Buktinya, yang cantik-cantik justru nganggur. Sementara yang biasa-biasa saja, bisa panen setiap malam.

Mungkin ini hanyalah kepingan kecil dari mitos-mitos dalam dunia hiburan malam. Selain mitos tentang kecantikan identik dengan banyak pakai, ada pula pria yang terjebak mitos bahwa pekerja seks yang masih muda akan lebih ”garing” sebab dianggap kurang pengalaman. Ini juga mitos. Di kalangan dunia malam, usia kadang tidak penting. Meskipun seorang pekerja seks sudah berusia agak tua, bisa saja jam terbangnya masih rendah. Sementara ada pula yang usianya masih 18 tahun, tapi setelah cek and ricek, jam terbangnya sudah bertahun-tahun.

Dalam dunia remang-remang seperti ini, para pria justru menjadi obyek yang juga gampang dibodohi. Banyak di antara mereka yang tidak mau sedikit menginvestigasi dengan siapa ia berkencan. Ia hanya berpikir, ”Saya datang, saya tembak, dan saya pulang.” Menurut hasil wawancara saya, para pria rata-rata ingin ditemani pekerja seks yang masih muda dan belum terlalu lama berkecimpung di dunia ini. Nah, dengan gampangnya para pengelola rumah hiburan memanipulasi usia karyawannya. ”Tuh, lihat yang sana. Kalau ditanya, umurnya 17 tahun. Tapi sebenarnya, dia udah 30 tahun dan punya tiga anak,” kata seorang teman sambil menunjuk seorang perempuan manis berkulit putih yang mengerling ke arahku, dalam satu kesempatan.

Saya rasa, mitos-mitos di dunia hiburan malam ini sangatlah banyak. Dan tidak mungkin untuk diurai dalam tulisan singkat ini. Mungkin pada kesempatan lain. Thanks.(*)
Read More …

Sanur, Lokalisasi di Kawasan Pantai Semawang Sanur dan sekitarnya, kini kembali bergairah alias ramai. Selama bulan puasa dan Lebaran, lokalisasi terbesar di Bali ini sepi pengunjung maupun wanita penghibur (PSK).

Dari pantauan Beritabali.com malam ini, lokalisasi di kawasan jalan Danau Tempe, Danau Poso, jalan Sekar Waru Semawang, hingga Blanjong sudah mulai ramai.

Kawasan lokalisasi terbesar di Bali yang pada saat bulan puasa relatif sepi kini mulai ramai.

Di salah satu bungalow XX di jalan Danau Poso misalnya, malam ini tampak ramai di kunjungi para lelaki hidung belang. Beberapa turis pria asal Jepang juga tampak melihat-lihat “aquarium” yang memajang beberapa wanita penghibur atau cewek PSK.

“Mari mas silakan pilih, banyak yang masih baru, seger-seger mas baru datang dari Jawa,” kata seorang karyawan yang bertugas di bungalow XX alias esek-esek ini.

Menurut pria yang mengaku bernama Made ini, setelah Lebaran, kawasan lokalisasi sanur dibanjiri ‘pendatang baru’ atau cewek wajah baru dari Pulau Jawa. Selain dari beberapa kota di Jawa Timur, para wanita penghibur ini juga berasal dari daerah Jawa Barat.

“Aku baru disini mas. Baru nyampai kemarin dari Bandung,” jelas seorang PSK yang mengaku bernama Icha.

Kepada Beritabali.com, Icha mengaku sebelumnya beroperasi di Kota Bandung. Ia memilih Bali sebagai ‘wilayah operasi’ yang baru karena di tempat lama sudah terlalu banyak saingan.

“Kalau di Bali khan bisa dapat pelanggan baru, bisa dapat bule,” jelas Icha yang mengaku asli Klaten Jawa Tengah ini.

Pengakuan serupa juga disampaikan Tari, PSK dari daerah Indramayu Jawa Barat. Tari mengaku baru saja tiba di Bali, saat arus balik Lebaran.

Tari yang sebelumnya ‘beroperasi’ di wilayah Kota Bandung dan sekitarnya, kini membuka praktik jasa pelayanan seks di daerah Sanur.

“Kalau di Bali, peluang dapat pelanggan baru lebih banyak. Kalau di Bandung atau Jakarta, sudah terlalu banyak saingan, susah cari duit,” jelas Tari. (ctg/bob)
Read More …

Pernah dengar tentara klandestein-nya Fretilin, di zaman pergolakan Timor Timur dulu? Kata “klandestein” (clandestein) ternyata juga dijumpai dalam pergulatan dunia prostitusi. Maknanya, terselubung. Tentara klandestein-nya Fretilin punya konotasi tentara terselubung (bawah tanah) dan berkeliaran di kota tanpa diketahui identitasnya. Sedangkan dalam konteks prostitusi, keterselubungan itu bermakna profesi sampingan atau profesi utama yang mendompleng profesi lain, misalnya pramuwisma (pelayan) di cafe, klub malam, atau pujasera seperti yang ada di Kota Batam.

Pernah dengar tentara klandestein-nya Fretilin, di zaman pergolakan Timor Timur dulu? Kata “klandestein” (clandestein) ternyata juga dijumpai dalam pergulatan dunia prostitusi. Maknanya, terselubung. Tentara klandestein-nya Fretilin punya konotasi tentara terselubung (bawah tanah) dan berkeliaran di kota tanpa diketahui identitasnya. Sedangkan dalam konteks prostitusi, keterselubungan itu bermakna profesi sampingan atau profesi utama yang mendompleng profesi lain, misalnya pramuwisma (pelayan) di cafe, klub malam, atau pujasera seperti yang ada di Kota Batam. Memang, tidak semua dari mereka itu punya profesi ganda sebagai pecun atau “neneng-neneng” (di kawasan Kep. Riau, PSK disebut sebagai “neneng-neneng” karena sebagian besar dari mereka datang dari Jawa Barat). Namun, sudah bukan rahasia umum, jika segelintir dari mereka bisa diajak indehoy di hotel-hotel yang ada di Kota Batam, juga Kota Tanjungpinang.

Memang, tidak semua dari mereka itu punya profesi ganda sebagai pecun atau “neneng-neneng” (di kawasan Kep. Riau, PSK disebut sebagai “neneng-neneng” karena sebagian besar dari mereka datang dari Jawa Barat). Namun, sudah bukan rahasia umum, jika segelintir dari mereka bisa diajak indehoy di hotel-hotel yang ada di Kota Batam, juga Kota Tanjungpinang.
Read More …

Bagi sebagian ABG (Anak Baru Gede) mungkin sudah tidak asing lagi mendengar istilah “Nit Not” atau “do-re-mi”, sebuah bahasa yang diartikan sebagai “berburu cowok”. Tentu saja, mereka menghindari bahasa umum dan menggantinya dengan bahasa gaul yang tidak biasa dan hanya dimengerti komunitas mereka.

Para ABG yang rata­-rata masih pelajar setingkat SMP dan SMA begitu bubar jam sekolah, tidak terus pulang menuju rumah. Dengan pakaian seragam ketat yang melekat ditubuhnya, mereka meluncur ke pusat-pusat pertokoan terkenal, mall dan pusat-pusat keramaian lainnya. Di tempat seperti itulah mereka “ngeceng”.

"Nit Not, yuk!" ajak Dewi pada Persik ketika bubar jam sekolah. Lantas dengan pakaian seragam sekolah yang masih menempel ketat di badan, di toilet mereka ganti pakaian seragam dengan pakaian “gaul” yang sudah dipersiapkannya sebelum berangkat sekolah. Sudah jadi rahasia umum jika akhir-akhir ini, banyak pelajar atau ABG yang berkeluyuran di pusat­-pusat keramaian (pertokoan) mencari "mangsa" lelaki hidung belang. Ini tidak hanya berlaku di kota Bandung saja. tapi juga merambah ke kota besar lainnya.

Kurangnya perhatian orang tua, pola hidup bebas, konsumerisme ditambah alat bantu teknologi berupa telpon genggam (HP) yang sudah menjadi bagian dari gaya hidup mereka merupakan penyebab prostitusi remaja semakin meningkat. Alasan klise sempat pula dilontarkan mereka, terjun ke dunia pergaulan seks bebas ini karena motif balas dendam, nonton blue film (BF), atau sakit hati oleh mantan pacar, dan beribu alasan lainnya.

Namun lepas dari semua itu, kenyataannya gejala tersebut semakin meluas. Banyak kasus membuktikan pergaulan bebas menjurus seks bebas semakin terang-­terangan. Kalau Anda seorang yang suka jalan di malam hari, tidak aneh apabila kebetulan meluncur melintasi sepanjang jalan Asia Afrika, jln. Jend. Sudirman, Jln. Oto Iskandar Di Nata, jln. Dewi Sartika, sekitar Alun-alun, jln. ABC, jln. Naripan, dan jln. Banceuy banyak ditemui para "penjaja cinta sesaat" agresif menawarkan dirinya.

Di malam hari, di malam­-malam tertentu, mereka memenuhi sekitar jalan Braga. Jalan Braga merupakan sebuah jalan penuh peristiwa bersejarah yang turut mengantarkan sejumlah negara Asia dan Afrika ke gerbang kemerdekaan melalui Konferensi Asia Afrika yang diadakan di kota ini pada tahun 1955. Di sisi lain, munculnya tempat-tempat hiburan malam di kawasan ini membuat Jalan Braga kadang dianggap negatif. Kawasan ini juga dikenal sebagai tempat “mangkal”para wanita malam. Bagi lelaki hidung belang, para wanita malam ini yang sebagian besar ABG tidak hanya menambah indah pemandangan kota tapi juga siap beraksi untuk menyalurkan hasrat seksualnya.

Lain lagi di jalan Oto Iskandar Di Nata, sepanjang Pasar Baru, mereka tidak “nangkring” di dalam atau duduk-­duduk di kap mobil yang diparkir seperti di jln.Braga, tapi di atas “benong” alias becak. Kalau ada razia, becak itupun langsung “ngacir” menyelamatkan “barang” dagangannya. Nah, sejauh mana pergaulan bebas para ABG (pelajar) ini, karena kalau dilihat hampir di sepanjang jalan-jalan protokol khususnya di kawasan yang banyak menyajikan hiburan malam, mulai pukul 20.00 WIB hingga dinihari, karena mereka para ABG nyata-nyata telah terang-terangan menjajakan seks bebas. (ersum(GS)/s.whn/RD)
Read More …

Sebelum anda melangkah ke tempat panti pijat harus dipastikam dulu apakah panti pijat tersebut bisa untuk pijat ++. Tidak semua panti pajat bisa untuk ++. Berikut ini ada beberapa panti pjat yang menyediakan ayam ayam. Harga relatif, ada yang mahal dan tentu saja ada yang murah. Semuanya sesuai selera dan kantong Anda. Berikut daftar nama tempatnya

HOTEL AMBHARA
Nongkrongnya di Bar, umur 30-40th. Tarif Rp.200-250ribu Kalau weekend sering ada “mami” bawa beberapa “anak2 kece2, bisa ditandai dgn jelas dari cara berpakaian, make up, dan gaya/tingkah laku. *

PP PUSPA INDAH
Kebayoran Lama itu juga siiipp pak tinggal tutup mata aja, kita nggak usah kuatir dpt yg jelek…(alias semuanya kece2 looo)

PP SARI MUSTIKA 2
Golden Truly Fatmawati harus janjian dulu dengan pemijatnya. *

PP MAWAR
Golden Truly Fatmawati Rp 45 ribu per jam.

PP NIRWANA
Jl MT Haryono tarip cewek Rp 700 ribu, kamar Rp 60 ribu

PP SUMBER WARAS 2
Ciputat Raya Kamar VIP Rp.45 ribu 1,5 jam, cewek Rp 100 ribu. Sarang maniak, cewek2nya pada ‘buas’

HOTEL MELAWAI 1 (D/H INTERHOUSE)
JL. Melawai Raya, Lt. 6 Keluar lift ke kiri “MARIBAYA” Buka 11:00 – 23:00, Night shift mulai 17:00 pilihannya lebih banyak & bagus.Tarip Rp.250 ribu all in.
Hampir semua panti pijat (kecuali bersih sehat) yg di selatan, terutama ps mayestik (Sentral, Timung, Porti) pemijatnya bispak minimal onani) tapi harus kenal dulu bbrp kali. Tarip Rp200-300 ribu. Sari Mustika ada 3(Grand Wijaya, Golden Fatmawati, Klp Gading)*

Jakarta Barat

SALON LIBERTY
Jl Semeru No. 18, Grogol Chinese Kalimantan, bawa keluar, tarip Rp.200 ribu.Tiap hari Senin biasanya tutup sekaligus hari kencan,disarankan untuk facial atau cream bath saja. Yang servisnya bagus Sanniah dan Nopi, semuanya ada 7 orang dan mayoritas amoi dari Kalimantan *

KIMOCHI
Jl Mangga Besar VIII no.12B/C, tergantung orangnya minimal ‘dikocok’ pake tangan atau
main di tempat

KARTIKA Bar and Massage
Jl.Hayam Wuruk 114 “dipijat pake tetek”, bisa booking dua cewek untuk lesbi, Kartika letaknya di ujung gang di samping Suisse Bakery, Tarip ceweknya seratus ribu rupiah,untuk pelayanan lengkap mulai dari body massage (dipijitpakai buah dada,mandi kucing dan seterusnya) . Disitu juga anda dapat booking dua cewe sekaligus, dan minta mereka bermain lesbi dulu sebagai pemanasan .

MEDIKA
Daan Mogot I/31,
Masuk bisa lewat belakang Citra Land, tarip cewek Rp 50 ribu, kamar VIP Rp 40 ribu Di tempat ini, kalau mau “naik”, yah tinggal ke lantai 2 aja Disana tinggal pilih cewek mana yang kamu mau berdasarkan foto. Harga kamar reguler sebesar Rp.30.000. Semuanya sudah harga pas alias kagak pake tawar-tawar dan rata-rata mereka bisa “karaoke” lho **

WIDIA
Daan Mogot sebelahnya Medica, pilih di bar *

CITRA SEHAT
Kompleks ruko ITC Roxy Mas Masuk perparkiran yang ada photo Tarzan, terus belokan kedua belok kiri, Rp 100-150 ribu

Diskotik SEDAP MALAM
Hayam Wuruk Lt.3 tarip Rp 100 ribu

ATLANTA Diskotik
Mangga Besar, komplek Lokasari lantai V, blok C no 1-12 Wah ini paling terkenal dan paling gila, kayak pasar ayam tinggal pesan dan check in diatas (kamarnya diatas), orangnya cakep-cakep dan kayaknya sudah pro semua, tarif rp 100-150rb, short time, servicenya sampai tulang pada ngilu, makanya minum darah dan empedu ular dulu sebelum bertempur yg ada dijual di depan (Mangga Besar Raya), baru bertempur sampai puas………*

HOT PANT Diskotik
Daan Mogot kira kira 300m dari lampu merah Grogol arah ke Tangerang
Dekat Medica tapi pas pinggir jalan Daan Mogot dipagar besi tinggi Diskotik lantai dasar, Panti Pijat dan Karoke di lantai 2, Ceweknya Rp. 50.000,- kamar vipnya Rp.35.000,- biasa
Rp.27.500,-*

TIARA CERIA (Today Country)
Lokasari Plaza Mangga Besar
Tarip cewek Rp 100ribu, tarip kamar Rp 50 ribu, banyak ABGnya dan pilih yang berdiri didepan toilet **

LIDO (Pusat kebugaran),
Citra land Mall Tarif Rp 200 – 300 ribu, nah kalau pijat di sana, entar ceweknya nawarin untuk main, tarifnya sih antara 200-300 ribu rupiah

PP (Paripurna)
Jalan Gajah Mada (seberang Gajah Mada Plaza), Masuk gang yang didepan gang ada tulisan telk om), ada bar yang tulisannya ‘Paripurna’ didalam ada foto2 cewek ,tante (tinggal pilih), tariff 50.000 + kamar sudah termasuk

JOKER (Jakarta 2000)
Daan Mogot, belakang Medica Minta pijat di ruang super, Rp 85&110 ribu, cewek Rp100 ribu

BM (Bintang Mawar)
Mangga besar, samping komplek Lokasari sebrang hotel Olympic Ini tempat favorit semua orang, segala macam cewek tersedia. Datang antara pk 1300-18.00, cewek freelancenya banyak. Cewek Rp150ribu (freelance)& Rp100ribu (stok), kamar Rp35ribu ****

STADIUM
Jl Hayam Wuruk, sebelah Hayam Wuruk Plaza Supermarket hiburan, lt.1 bola tangkas, lt.2 karaoke, lt.3 diskotik, lt.4 panti pijat. Bisa panggil stripper, minta sama reception karaoke supaya dipanggilin mami dancer ****

HOTEL TRAVEL
Jl Mangga Besar V III (sebrang Kimochi)
Ada ruang karaoke yg pake kamar tidur, stock cewek ada
yg p pijat atau yg buat karaoke ***

17A
Ruko Taman Surya 2 paket Rp.125 ribu *
ayo ayo siapa yang mao di pijat,,!
Read More …

Ini gw copy dr blog temen gw yg udh pernah ke sana
selamat menikmati............
maap kl terlalu vurgar

Menikmati sisi lain kehidupan Amsterdam, sebetulnya sudah pengen banget sejak menginjakkan kaki di Belanda ini. Karena di Amsterdam cuman 2 hari 1 malam, berarti hanya malam ini aja aku bisa ke Red light. Amsterdam memang menawarkan sensasi yang lebih liberal, transparan dan blak-blakan. Pemerintah negara ini sangat menghormati hak individu setiap orang. Dan itu termasuk hak untuk menikmati obat-obat terlarang atau drugs.



Pakai drugs dianggap legal. Polisi tidak akan bertindak. Mengonsumsi drugs atau tidak, itu hak setiap orang. Awalnya, pemerintah Belanda hanya mengizinkan drugs berdosis rendah yang boleh dijual di pasaran. Tapi faktanya, publik setempat malah banyak yang berani menjual drugs berdosis tinggi. Drugs itu banyak dijual di kota-kota besar di Belanda. Di Amsterdam misalnya. Tak sedikit bar atau kafe yang menyediakan drugs berdosis tinggi. Yang paling banyak ditemukan di kawasan lokalisasi pekerja seks komersial (PSK) Red Light District Amsterdam, satu kilometer ke arah barat dari stasiun pusat kereta Amsterdam. Di tempat itu, ada banyak jenis drugs. Ada kokain, heroin, hashis, mariyuana dan lainnya. Saat berjalan mengitari lorong-lorongnya, bau pengap asap drugs menyesakkan dada, beradu dengan bau keringat dan pekikan manja wanita-wanita muda.

Amsterdam memang sudah lama menjadi pusat kebebasan moral di dunia. Hak kaum gay dan lesbian dipertonton-kan secara terbuka. Bahkan mereka bisa menikah antara lelaki atau antara perempuan. Kaum hetero pun melampiaskan kebebasan dengan tontonan seks lengkap di panggung komersial. Prostitusi berjalan bebas dan dipromosikan oleh public relation secara legal. Pusatnya, ya, di Red Light District atau Zeedijk itu. Lokasinya hanya beberapa blok dari tempat wisata mainstream Damrak dan Kalverstraat. Di Zeedijk itu, semua yang ‘berbau seks dan porno terpampang dengan vulgar dan tentu bisa dinikmati. Ada sex shop atau porno shop sampai museum seks dan museum rugs (The Hash Marihuana Hemp Museum). Mengitarinya tak butuh waktu lama, cukup sekitar satu jam bisa tuntas menyusuri semua lorong. Tak terlalu luas memang, namun tawaran yang dipertontonkan lebih menggetarkan dari sekadar khayalan!

Ada beberapa kafe yang didepannya ada bendera berwarna pelangi. Karena penasaran aku Tanya mas wiby. Kata mas wiby itu artinya kafe buat para kaum gay dan lesbian. Di seluruh lokasi red light Mas wiby wanti-wanti jangan sampe aku motret. Yah….gak ada “oleh-oleh” donk, pikirku. Masih kata mas wiby, kalo sampe motret pasti bakalan kena damprat “para penghuni” atau minimal diacungi jari tengah. Oh ya 2 foto yang terpampang ini bukan aku yang ambil, tapi donlot dari internet, sekedar pengen ngasih gambaran kayak apa red light itu.



Berada di antara blok-blok bangunan tua di belah sungai kecil di sela pepohonan, Zeedijk menawarkan semuanya. Ada restoran dengan menu roti berbumbu heroin atau kafe dengan kebebasan mengepulkan ganja. Seseorang akan bolak-balik menawarkan ekstasi, tanpa perlu takut ditangkap polisi, sepanjang masih di dalam kawasan. Papan bertuliskan live show mengundang tanda tanya, seperti terpampang di teater Erotis Casa Rosso. Yang mau menonton, cukup siapkan 30 euro. Nyatanya, ada saja yang tergoda menyaksikannya. Di sana, ditawarkan pertunjukan goyangan erotis wanita dan diakhiri dengan adegan ranjang mirip di film biru. Semua dilakukan persis di depan mata, seperti saat menonton bioskop, tapi ini benar-benar hidup! “Benar-benar gila!”

Ada pula yang lebih sederhana, namun tetap syuurrrr! Saat masuk sebuah kafe, persis di pelataran depan terdapat boks dengan enam sudut. Masing-masing memiliki pintu. Di salah satu sisi terpampang 8 lembar foto wanita telanjang. Mereka adalah wanita yang dapat ditonton sedang tiduran sambil menggoda yang melihatnya. Wanita itu ada di dalam boks segi enam itu. Untuk menyaksikannya, harus menggunakan uang koin minimal 2 euro. Mesin penukaran uang juga sudah disiapkan di salah satu sudut ruangan. Kita lantas masuk ruangan seperti boks telepon umum. Begitu memasukkan koin 2 euro, kaca di depan mata langsung terbuka dan terpampanglah semuanya: bugil dan bergaya menggoda. Bahkan, kabarnya, pada saat tertentu pemandangan yang hanya satu sentimeter di depan mata itu berupa adegan percintaan suami istri!

Sementara itu, di semua sudut bangunan terbuka jendela yang diterangi lampu warna merah. Persis etalase di toko pakaian, tapi di Red Light Dis-trict atau Zeedijk, yang berdiri di balik kaca adalah wanita-wanita muda dari berbagai bangsa, terutama Eropa timur, seperti Rusia dan Uzbekistan. Pakaian mereka sangat minim, tak jarang tinggal underwear, bahkan no-bra! Para pekerja seks menyewa jendela pajangan itu sebesar £ 70 atau sekitar Rp 1 juta, untuk periode tertentu dalam sehari. Satu jendela biasanya digunakan oleh beberapa pekerja seks sehingga para calon pelanggan bisa melihat mereka dari luar. Kalau berminat, ya tinggal beri tanda, si wanita akan membuka pintu di samping jendela. Harga ‘pasaran’ ketika itu berkisar 400 dolar untuk ‘sekali jalan’. Bila ada kecocokan harga, tak perlu ke mana-mana, langsung masuk dari pintu samping, lantas gorden etalase ditutup: selanjutnya, silakan tebak sendiri! Begitu mudah, tak pandang siang atau malam.

yg paling menggagetkan di sebelah kanan Red Light ada seperti sekolah SD/Tk,dan di sebelah kirinya ada gereja yg besar ,dan mereka beraktifitas bersama sama

sekali lg maap kl terlalu vurgar
kasih info aja mungkin kl ada yg mau ajak gw
Read More …

Pattaya adalah surga seks ternyaman di dunia. Wajar saja, pertunjukan seks dan kabaret transeksual merupakan pemancing turis yang legal di kota yang terletak di pesisir Teluk Thailand, sebelah tenggara Bangkok ini. Tidak harus menunggu malam jika ingin menghabiskan waktu dengan pelacur.

Mereka 24 jam bisa ditemui dan diajak berkencan. Ada juga para waria cantik jelita yang beredar di sepanjang jalur wisata. Bosan dengan seks, tonton saja Thai Boxing di sejumlah bar.
Read More …